top of page
Search
Writer's picturerabiatuladawiyah233

DARI NERAKA, KITA MEREVOLUSI! Oleh Nurfarahin Wahid

Ketika berbual-bual dengan Ajo Sidi, ada selimut kemanusiaan dan kepedulian sedang memeluk tubuh sambil menghangatkan ia yang sedang menggigil ditiup angin keresahan. A.A. Navis melakar Robohnya Surau Kami dengan satu analogi yang mencairkan kerasnya batu kepedulian dalam kepala manusia-manusia yang sudah khayal dengan candu agama. Semakin kita berlari dalam penafian, semakin kita ditarik ke dalam satu lembah kebenaran. Hari ini, agama itu candu. Dan Karl Marx tidak menipu.

Haji Saleh barangkali menjadi sanjungan orang-orang. Hari ini, sepertinya orang-orang macam Haji Saleh bakal mendapat tempat di singgahsana dunia. Disaluti emas dan berlian lalu dicumbui gadis-gadis perawan. Di mata orang-orang, Haji Saleh penduduk syurga dan fitnah Ajo Sidi bakal mengheretnya ke penjara neraka. Tubuhnya bakal dijilat api dan lidahnya bakal diputuskan dengan belati yang disadur dengan tembaga yang panas menggelegak. Hingga akhirnya, Ajo Sidi tinggal abu lalu dibangkitkan kembali dan dihukum kembali. Kitaran akan berulang dan (hanya) jika Ajo Sidi mencium merafak sembah ke kaki Haji Saleh, Tuhan bakal melemparnya semula ke syurga.

Namun, Ajo Sidi sedang menghenyak dan membelasah dengan keras orang-orang seperti Haji Saleh. Dalam setiap pukulan dan tumbukan, setiap daripada orang-orang ini terlambung jauh sehingga retak dan patahlah tulang-tulang mereka. Dan apabila mereka bangkit kembali untuk memuntahkan kalimat-kalimat Tuhan, Ajo Sidi sudah pulang ke rumah, menanak nasi dan menjerang air untuknya makan dan berehat lagi. Kata Ajo Sidi – orang-orang ini mana mungkin dibiarkan Tuhan melangkah dengan senang hati ke dalam syurga.

Begini teman-teman, A.A. Navis keras sekali merobohkan surau. Kira-kira, orang-orang macam Haji Saleh ialah kalian yang berasa sakit membacanya, dan dia - Ajo Sidi yang tak peduli. Tidak dapat tidak, akhirnya kata-kata Ajo Sidi tak mungkin kita nafikan.

Kata Ajo Sidi, saat semua manusia dikumpulkan di hari perhitungan. Pada saat Tuhan mencongak amalan orang-orang yang menanti pembalasan, Haji Saleh sedang tersenyum kerana di dalam genggamannya ada syurga yang tak mungkin menafikan orang alim sepertinya. Tatkala ini, Ajo Sidi menampar semua dengan kenyataan yang menyakitkan. Kata Ajo Sidi :

1. Apakah agama yang kalian anuti selama ini hanya sekadar ritual?

Sebaris gigi mengiringi Haji Saleh dalam perjalanannya mengecapi nikmat Tuhan. Lalu, sewaktu Tuhan tanyakan apakah amalan yang telah engkau lakukan katanya :

“Ya Tuhanku tak ada pekerjaanku selain beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.”

Maka dengan jawapan ini, Tuhan menghantarkan Haji Saleh ke lembah neraka. Benar. Apanya yang salah menyembah Tuhan? Bukankah umat manusia ditiup roh adalah untuk meletak lutut mencium lantai bersujud kepada Tuhan? Jujur sahaja apa yang kalian fikirkan?

Haji Saleh solat namun riak dalam ibadat? Haji Saleh solat namun dalam hatinya penuh kecintaan dengan dunia? Haji Saleh menyembah Tuhan namun hatinya penuh keraguan? Atau Haji Saleh hanya menyembah Tuhan kerana syurga yang diidamkan?

Teman-teman, kata Ajo Sidi orang-orang macam Haji Saleh lebih rela hidup melarat sedangkan dihadiahkan Tuhan segala macam peluang untuk terus hidup dan tidak melara. Orang-orang macam Haji Saleh lebih rela melihat orang lain dihambat kemiskinan asalkan ibadatnya dengan yang Maha Esa terus terjaga. Orang-orang macam Haji Saleh memilih membiarkan perkelahian dan kehancuran orang lain asalkan di surau tempat sujudnya yang lama kalimah-kalimah Al Quran terus dialunkan.

Adakah kalian seperti ini?

“Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak-anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat sahaja. Karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan aku menyuruh engkau semua beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka....”

“Tidak. Kesalahan engkau, kerana engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka kerana itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis! Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun”

Hari ini, orang-orang taat bersembahyang mencari Tuhan dalam setiap celahan kekalutan. Namun, ada kapitalis sedang memeras buruh-buruh yang mencari rezeki Tuhan. Ada pak menteri sedang memakai cincin emas hasil wang rasuah. Ada laki-laki dan perempuan menutup mata dalam memberikan hak pekerja-pekerja mereka. Dan ada anak-anak sedang berbogel di atas jalanraya sedang mengemis mahukan wang. Ketika itu, orang-orang macam Haji Saleh tetap sembahyang dan memohon ampun atas dosa mereka sendiri. Apabila ada tangan-tangan yang menggenggam kekuasaan dengan kezaliman dan mengimani korupsi, mereka tersenyum sahaja asalkan orang-orang agama mereka yang memegang tampuk kekuasaan.

Teman-teman, adakah kalian orang-orang macam Haji Saleh?

2. Apakah agama yang kalian anuti mengajarkan kalian mementingkan diri sendiri?

Wajah Haji Saleh muram apabila dicampakkan malaikat ke neraka. Lalu apabila Haji Saleh melihat teman-temannya sedang tunduk memikirkan ketidakadilan Tuhan, Haji Saleh berteriak-teriak mahu merevolusi. Mereka menghayun penumbuk ke langit sambil menjerit-jerit mahu menuntut keadilan.

“Ini sungguh tidak adil”

“Kita harus mengingat Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka!”

“Kita protes, kita resolusikan!”

“Cocok sekali! Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita perolehi!”

Teman-teman, kata Ajo Sidi ketika hak mereka dinafikan. Ketika Tuhan di mata mereka tidak melakukan keadilan. Ketika perbuatan mereka tidak diberi imbalan yang setimpal, mereka mahu merevolusi. Mereka ingin bangun menentang ketidakadilan dan kezaliman. Mereka ingin berdemonstrasi.

Namun teman-teman, di dunia, saat ekonomi tidak pernah adil, ketika anak-anak kecil dilacurkan, ketika gaji minimum tidak pernah dinaikkan, ketika orang-orang perempuan dirogol lalu dinafikan hak keadilan dan ketika sekolah-sekolah menidakkan hak pendidikan, ketika anjing-anjing meruntuhkan tembok moraliti dan berlari mengejar wang dan kuasa, lelehen korupsi membasahi kepala mereka, orang-orang macam Haji Saleh tunduk sahaja tak ada yang mahu direvolusikan.

Haji Saleh menghafaz Al Quran. Boleh jadi, Ajo Sidi yang mengamalkan ajaran Al Quran.

Teman-teman, adakah kalian orang-orang macam Haji Saleh?

3. Apakah signifikan surau dalam agama yang kalian anuti?

Surau sudah kosong dan suara-suara gemersik alunan ayat-ayat Tuhan tidak lagi kedengaran. Yang ada hanyalah suara anak-anak kecil berlari berkejaran. Masing-masing mengejar pelangi sambil menyaksikan dinding-dinding surau sudah reput dimakan anai-anai.

"Dan tinggallah surau ini tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari. "

Ketika surau kami masih tersergam dan indah, orang-orang ke surau mencari bantuan (dan bukan mencari Tuhan). Surau kami jadi tempat utama orang-orang mencari kehidupan. Dan apabila surau kami sudah usang, orang-orang datang mengambil sisa-sisa surau yang boleh dimanfaatkan.

Hari ini, surau hanya menjadi tempat ritual agama. Perbincangannya hanya tentang syurga dan neraka. Atau sah atau terbatalnya solat mereka. Sedangkan teman-teman, surau dan masjid pernah menjadi pusat pendidikan. Surau dan masjid ialah pusat perbincangan politik dan pentadbiran. Surau dan masjid menjadi pusat perbincangan permasalahan masyarakat. Surau dan masjid menjadi saksi perdebatan tentang ekonomi dan kemaslahatan masyarakat. Orang-orang macam Haji Saleh mencari Tuhan di surau dan masjid namun semakin dicari, semakin tidak mereka temukan.

Benar A.A.Navis, hari ini, masjid dan surau terkunci. Mungkin sedang mengurung Tuhan.

Teman-teman, adakah kalian orang-orang macam Haji Saleh?

Apabila tulisan A.A Navis menari-nari mengikut rentak-rentak revolusi, tajamnya mata pena telah menggoroh leher pembaca. Lalu, titisan-titisan darah terus melimpah menjadi kolam keinsafan. Dan tatkala Ajo Sidi kembali pulang dari kerja, dia sendiri tersenyum melihat orang-orang yang sudah dia hantarkan ke neraka.

Teman-teman, adakah kalian orang-orang macam Haji Saleh?

7 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page